GSX S 150….Alter Ego Sesungguhnya !!

Gixie

Bismillah

Assalamualaikum para pembaca sekalian. Kali ini Saya akan membahas Suzuki GSX S 150 lansiran 2017 yang dulu Saya beli seken seharga 16 juta dengan kilometer 3800. Masih kinyis sekali saat itu. Bahkan rambut halus dan garis biru hijau ban bawaan masih tampak dengan jelas.

Sesuai judul kali ini, Saya menitik beratkan pembahasan dari sisi desain, ergonomi dan performa harian. Sampai artikel ini ditulis, setidaknya Saya sudah berkendara dengan Gixie (nama motor ini agar lebih mudah) sejauh 21.300an kilometer. Sudah cukup untuk sekedar memberikan review dan impresi motor yang konon disebut oleh Suzuki sebagai Alter Ego dari GSXR 150.

Desain

Untuk desain memang motor ini tidak fotogenik atau instagram-able seperti Yamaha MT 15, Xabre atau Honda CB150 Street Fire. Namun, jika dilihat secara langsung sepeda motor ini sangat artistik. Memang dibutuhkan “sedikit waktu” untuk memahami garis tarikan desain yang dibuat oleh desainer Suzuki. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan desain motor ini. Namun memang bukan selera kebanyakan masyarakat Indonesia. Untuk desain silahkan pembaca nilai sendiri. Menurut Saya, untuk desain saya berikan nilai 4.

Desain : 4 / 5

Ergonomi

Ergonomi GSX S 150 ini jauh berbeda dari saudaranya yaitu GSX R 150 yang beraliran Racing Look (mendekati desain Moto3) yang sangat menunduk untuk ukuran motor harian. GSX S 150 ini punya ergonomi yang secara default mirip dengan Yamaha NVL dan CB 150 SF 2016. Berbeda di bagian kenyamanan joknya saja. Untuk digunakan jarak sejauh 100 km stang bawaan kurang nyaman digunakan. Cepat terasa lelah. Oleh karena itu saya mengganti stang dengan milik MT25 dan raiser model lurus agar lebih nyaman. Stang bawaan milik GSX S terlalu sempit dan rendah jadi agak membuat tubuh kita maju kedepan. Hal ini tentu cukup melelahkan untuk riding jarak jauh. Jika hanya digunakan jarakn dekat <30 km masih manusiawi dan nyaman. Kemudian untuk ergonomi pembonceng, sangat tidak nyaman. Perlu dilakukan beberapa perbaikan oleh pihak Suzuki untuk “menyelamatkan” pembonceng motor ini. Apalagi jika berboncengan kemudian menemui turunan panjang, Subhanallah pegal tangan ini menahan beban diri dan pembonceng yang otomatis terdorong kedepan. Alhamdulillah Suzuki mengeluarkan produk lainnya yaitu GSX Bandit 150 yang nanti akan kita bahas di lain kesempatan. Insya Allah. Oleh karena model jok penumpangnya yang tidak nyaman ini lah sebagian orang bilang kalau motor ini motor egois. Mereka lupa kalau Yamaha juga punya motor yang tidak kalah egois. Yaitu Xabre. Hehehe.

Ergonomi :

Riding Position : 3.5 / 5

Berboncengan : 2.8 / 5

Performa Harian

Bagian ini tidak bisa disebut Alter Ego dari GSX R karena memang dari Suzuki tidak memberikan perbedaan tuning dibagian enginenya. Performa high RPMnya memang luar biasa. Bagi anda penikmat raungan mesin 7000 rpm keatas, engine dari GSX ini tidak akan mengecewakan Anda. Karena memang power diset oleh pabrikan “keluar” di RPM 6000an keatas hingga sampai limiter di 13000 RPM. Pernah sesekali penulis melakukan tes speed, didapat catatan terbaik di 127 kpj posisi gigi 4 dengan 10000 RPM. Karena nyali masih belum upgrade, jadi kendorin gas lagi deh. Heheh.

Untuk fuel consumption menurut dashboard rata-rata saya dapat di 43 km/liter. Sebagai catatan, motor ini saya pakai untuk PP rumah-kerjaan dengan jarak 28 kilometer per hari. Kira-kira setiap 1.5 pekan sekali saya isi bensin full tank menggunakan Pertalite. Dengan performa seperti itu, saya anggap motor ini masih termasuk irit. Tapi, karakter motor ini tidak cocok untuk anda yang mencari motor torque yang sekali colek motor sudah melejit. Karena karakter mesin over bore, butuh RPM yang sedikit lebih tinggi untuk “melejitkan” motor dari 0 kpj.

Efek positif dari mesin overbore high rpm adalah mesin rileks di geber diRPM berapapun sehingga getaran di setang dan paha dalam sangat minim. Hal ini mempengaruhi pada kenyamanan berkendara. Lagi santai riding tahu-tahu RPM udah di 6000 speed sudah 70an kpj. Perlu diingat getaran mesin yang berlebihan sangat banyak mempengaruhi tingkat kelelahan berkendara.

Kemudian untuk heat management, engine ini termasuk apik walau bukan terbaik dikelasnya. Untuk riding di siang hari panas terik dan macet-macetan masih dapat ditolerir panasnya. TIdak sampai mendidihkan selangkangan ataupun betis dalam. Kipas radiator juga sangat jarang berputar selama saya meminang motor ini dan indikator suhu tidak pernah aktif.

Sisi ketahanan part kaki-kaki juga lumayan tangguh. Selama kurang lebih 21.300an kilometer tercatat baru 2x saya melakukan pengencangan rantai. Jika dibandingkan dengan rantai supra GTR yang 10 bulan bisa hampir 8x pengencangan rantai, ini tentu sangat luar biasa performa rantai bawaanya. Namun, untuk ketahanan bearing setir kurang baik jika dibandingkan Honda GTR dan Yamaha Vixion.

Performa : 4.7 / 5

Demikian review singkat dari Suzuki GSX S 150 ini. Saya mencoba untuk se-objektif mungkin dalam memeberikan review ini. Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum.

Review Helm MDS SuperMoto

Bismillahirrahmanirrahim

Semangat pagi…

Sudah lama banget gak ngeblog karena kesibukan yang lumayan gengs. Jadi baru sekarang lagi bisa ngeblog. Nah berhubung helm MDS Supermoto penulis udah laku di lego teman kerja, jadinya mau bikin review dulu deh mumpung masih ingat kesan dan sensasinya. Oke kita mulai sekarang ya gengs.

Desain.

Tampilan helm

Untuk desain, helm ini termasuk yang cukup berani dalam bentuk model. Agak berbeda dengan kebiasaan MDS yang penulis tahu dalam mendesain helm untuk keperluan harian. Desain helm ini menurut penulis tidak ada komplain karena untuk harga Rp.475.000 (tahun 2018 harga Balikpapan), cukup memuaskan dan keren untuk tampil di tongkrongan. Untuk desain 8/10.

Visibilitas.

Sekarang bahas visibilitas dar helm ini. Untuk visibilitas, penulis agak kurang puas dengan keluasan pandangan helm ini. Terutama untuk menoleh ke arah 90 derajat. Mungkin karena ada “moncong” yang cukup panjang sehingga saat menoleh “moncong” tersebut terkena bahu penulis. Jadi kalau pembaca biasa pakai helm half face terus beralih ke helm ini bakal butuh penyesuaian. Untuk visibilitas 7.5/10.

Kenyamanan.

Sisi ini mungkin sangat subjektif dibanding penilaian desain. Karena yang penulis rasakan adalah helm ini GERAH. Saat riding 15 menit cuaca terik, udah gobyos aja ini dahi sama kepala. Jadi harus buka visor saat macet. Agak kurang nyaman karena kena asap kendaraan lain saat macet-macetan. Padahal penulis pakai ukuran L dan agak longgar, tapi masih gerah. Busa pipi juga kurang nyaman dibanding NHK RX9 di range harga yang mirip, penulis lebih sreg dengan NHK. Baik yang half face maupun full face. Dan anehnya, daun telinga agak terlipat saat pakai helm MDS ini gengs. Mungkin daun telinga penulis melebar yak. Hahaha. Terakhir, bobotnya yang lebih dari 1.5 kg cukup membuat lelah saat dipakai riding agak lama. Untuk kenyamanan 6.5/10.

Kesimpulan.

Terakhir, untuk kesimpulan dari review singkat ini, penulis akan coba jabarkan.

Kelebihan

  • Model keren
  • Harga cukup bersahabat
  • Cat kuat tidak mudah pudar
  • Tidak bocor saat hujan

Kekurangan

  • Berat helm bikin cepat lelah
  • Gerah, ventilasi kurang berfungsi
  • Busa kurang nyaman
  • Visibilitas sempit

Demikian review singkat dari penulis, semoga bermanfaat untuk pembaca.

Jonathan Rea Kembali Juara Dunia, Tanda WSBK Masuk Ke Era Membosankan(?)

Hola sob, ketemu lagi bareng ane di blog musiman ini… Hahaha….

Kali ini ane mau bahas soal dunia racing yang bisa dibilang kasta kedua setelah pergelaran MotoGP. Yaap, WSBK. Padahal WSBK ini mestinya gak kalah bergengsi lho dibanding MotoGP. Desain motor yang lebih dekat dengan motor superbike harian tidak juga membuat meningkatnya animo masyarakat soal WSBK ini, khususnya Indonesia. Oke, kita gak akan bahas kenapa WSBK gak tenar di Indonesia tapi kita akan bahas kenapa WSBK perlahan membosankan (seenggaknya menurut ane ya sob)? Ini murni pandangan opini ane sendiri tanpa ditambah bumbu dari pihak manapun.


 2017 ini Jonathan Rea dari Kawasaki Racing Team kembali juara dunia dengan balapan yang menyisakan beberapa seri lagi. Kalau gak salah kurang 5 seri lagi. Dan ini merupakan rekor baru di ajang WSBK ini yaitu 3 musim berturut-turut dimenangkan oleh satu rider. Seperti yang kita ketahui bareng sob, WSBK ini diisi pabrikan atau merek motor dunia yang mirip sama MotoGP. Tapi ada pembedanya, entah karena kurang gengsi atau gimana, pabrikan motor kurang support sumberdaya mereka di ajang ini. Tercatat saat ini yang konsen total cuma Kawasaki sama Ducati dimana mereka support habis-habisan sumberdaya mereka di ajang ini. Salut sama Ducati yang duitnya nyaris gak berseri sehingga bisa konsen total di MotoGP sama WSBK. 

Melihat fakta tahun ini yang KRT kembali dominasi musim ini seperti dua musim sebelumnya menandakan bahwa WSBK perlahan mulai ngebosenin. Ini mirip era motoGP sebelum ada unifikasi ECU. Padahal tanpa adanya dominasi KRT pun ajang ini udah cukup membosankan sob (imho). Liat aja aturan per seri ada dua race. Itu menurut ane asli ngebosenin. Ditambah peraturan-peraturan yang kurang familiar untuk penggemar balap awam. Jadi kalo boleh beropini, sebaiknya regulasi di rubah menjadi satu race per seri yang paling gak mengurangi tingkat kebosanan ajang ini. Atau dengan bikin semacam “drama” seperti MotoGP juga bisa tuh. Tingkatkan promosi di negara-negara berkembang agar kalau tenar, pabrikan motor bakal konsen juga ngembangin motor yang lebih baik lagi. 

Okee, sekian dari ane sob. Udah kepanjangan nih. Hehehe.

GSXR150…. Racy Banget!

Hola sobat ABers.

Lama banget sudah aku gak nulis di blog sederhana ini. Oke deh langsung aja sob. Kali ini aku mau bahas impresi awal naik ke motor baru Suzuki nih. Yaap, apalagi kalau bukan GSXR150. Motor sport entry level dari Suzuki buat kelas 150 cc ini sempat jadi dan mungkin masih panas-panasnya ni sob di dunia blogsphere Indonesia. Power terbesar di kelasnya untuk saat ini bikin kesan kalau Suzuki kali ini gak main-main buat keluar dari keterpurukan dan bangkit lagi.

Kebetulan tadi pagi jalan ke dealer Suzuki pusat di Balikpapan, sekalian nyicip duduk di atas joknya si GSXR ini sob. Asli impresi awal pas naik, pas banget sama aku ni motor. Kaki napak mendekati sempurna di tanah. Sebagai tambahan tinggiku 170 cm sob. Yahh kalo sobat punya paha lebih tipis lagi mungkin bisa lebih napak sempurna dibanding aku. Jok sih menurutku gak kekerasan juga gak keempukan, pas aja sob kalo untuk short trip nampaknya. Terus juga berat motornya, dimensinya juga gak nge-intimidasi sob. Cakep laah. Posisi stang under yoke ya ckup bikin bungkuk yaa,nih penampakannya sob

Posisi kakipun mundur khas sport fairing nih. Racy abiiiiss. Itu kesanku waktu nunggangin ini motor sob. Sempet liat dan pegang-pegang bodinya ya memang benar seperti yang diulas blog papan atas, kalau materialnya solid sob, catnya pun paten lah. Sayangnya gak ada unit test ride nya ni dan disini belum rilis juga soalnya.

Dengan harga promo di Balikpapan Rp.29.999.000 yaa lumayan ni buat head to head sama CBR150R nya Honda atau YZF R15 Yamaha current yaa dan layak buat dimiliki ni sob. Tambahan tadi dari salah satu karyawan dealer, bahwa untuk wilayah Balikpapan dealer Suzuki yang ada bengkelny tinggal Samekarindo pusat di Gunung Sari, gak tau deh di dealer lainnya. Ya mungkin itu aja sob yang bisa kubagikan kali ini. Sampai ketemu di artikel lainnya yaa. Insya Allah.

Jangan Kau Larang Kami!!! 

Judulnya berasa galau ala anak alay ya sob? Oke skip. Kali ini ane ceritanya mau nulis soal perusahaan energi migas dalam negeri alias plat merah sob, yaa sebut aja Pertamina. Mereka rilis artikel soal larangan penggunaan oli diesel dalam hal ini Fastron Diesel di motor.  Lengkapnya bisa buka link ini ya sob

http://www.pertaminaracing.com/berita/15/5590/generalauto/Please+Fastron+Diesel+Bukan+Untuk+Motor
Berita lawas yang ane coba analisis dari sudut pandang awam ane ya. Sebenarnya idealnya sebuah perusahaan tidak berhak melakukan pelarangan dalam hal apapun mengenai penggunaan produknya. Hanya boleh menyarankan saja. Memang jika kita langgar larangannya untuk pakai oli diesel di motor, tidak ada penindakan hukum. Tapi tetap saja gak etis menurut ane sob. Di artikel itu admin pertamina racing nyoba jelaskan (sayangnya gagal)  soal dampak penggunaan oli diesel di motor. Jika sobat baca artikelnya kurang berisi dari sudut lampiran data, informasi valid, dan hasil uji. Hanya berisi opini saja (seperti tulisan ane ini. Hiks). Sungguh disayangkan perusahaan sebesar ini dan perusahaan yang ane banggakan ngeluarkan statemen begitu di dumay. 

Seharusnya Pertamina ngadain jumpa pers dan menjelaskan dengan jujur mengenai produknya atau paling tidak, jangan melakukan pelarangan penggunaan oli mobil di motor. Apalagi hanya berdasar dugaan-dugaan sajaa. Teman-teman dari LDIC yang pakai Fastron series termasuk yang diesel itu tujuannya ingin mengurangi limbah oli bekas dan merawat kendaraan mereka saja ko sob. Sekaligus membantu meningkatkan penjualan pertamina dibidang pelumasnya. Dan jika memang pertamina ingin orang-orang ini kembali pakai oli motor, maka keluarkan produk yang bagus dong. Bukan dengan memaksa untuk downgrade ke pelumas short drain. Ane bikin artikel ini bukan maksud serang pertamina, tapi justru karena ane sayang dan peduli sama pertamina. Ketika pertamina produknya disayang banyak rider ehh malah ngeluarkan statemen yang “melukai” fans produknya. Ibarat kata pertamina jadi penjual yang ngelarang dagangannya dibeli. Ane harap semoga pertamina mau ngeluarkan artikel revisi ato ralat ato paling tidak menjawab komentar-komentar di artikel itu yang  buaaanyaaak banget sob. Belum lagi yang via email. Dan semoga pertamina bisa makin maju lagi dan semakin menjadi tuan dirumah sendiri. Jangan lukai fansmu (ane termasuk fans berat pertamina). Monggo dikomentari sob. 

Informatif atau pembodohan(?)

Oli. Sobat pasti tau apa fungsi dari oli buat mesin motor kesayangan? Iyapp, buat pelumasan sob. Oli itu didesain sedemikian rupa dengan mengacu berbagai syarat atau standar yang sudah ada didunia ini sob. Contoh, sobat pasti sering denger ato liat ada tulisan JASO di kemasan oli yang sobat beli, ato tulisan SAE dan API. Nah dibuatnya standar-standar ini untuk mempermudah konsumen dan pabrikan sob. Semacam komunikasi ato bahasa standar antara pabrikan kendaraan, user dan pabrikan oli sob. Jadi biar mudah dalam pemilihan dan penyetandaran.

Contoh ya. Merek X mengeluarkan motor dengan rekomendasi oli untuk mesin adalah SAE 10w-40, dengan standar API  SJ. Nah ini bukan berarti kalau user mau pake oli SAE 10w-30, 0w-50 dilarang sob, karena SAE bukan ngukur standar kualitas oli itu baik ato buruk. Begitu juga kalu user mau pake oli API SN, bukan berarti bahaya ato merusak karena sebenarnya itu cuma bahasa pabrikan kendaraan untuk mempermudah user dalam milih oli yang pas buat mesinnya. Standarnya demikian sob. Malah API SN jelas lebih baik daripada SJ dalam contoh kasus ini.

Nah kebanyakan pabrikan atau oknum pabrikan tidak menjelaskan secara kongkrit soal ini sob. Mereka hanya berpatokan dengan SAE saja, bahkan salah satu pabrikan ada yang buat perbandingan antara SAE oli rekomendasi dia dengan SAE lain.

Ane pernah nemu peraga ini di HEPS kota ane. Tapi gambar diatas bukan ane yang poto ya sob. Heheheh.

Disitu ditulis 10w-30 mampu melumasi celah sempit sehingga dapat memaksimalkan kinerja mesin. Buat apa sob punya kemampuan melumasi celah sempit tapi gak dikasih tau base olinya apa dan juga ada kalimat proteksi mesin maksimal. Hello.. bagaimana mungkin bisa kita tau proteksinya maksimal cuma berdasar SAE doang sob? Berikutnya ada kalimat irit bbm. Irit kalo mesinnya gak dijalankan dengan metode eco riding ya boros juga sob. Ya gak.? 

Jadi kesimpulannya ane bikin artikel ini bukan buat counter AHM sob, tapi buat kasih sedikit informasi yang ane punya kalau liat kualitas oli buat motor kita gak cukup dari parameter SAE doang. Masih ada API, Ilsac, base oil dan lain sebagainya. Jadi buat sobat yang pernah liat itu peraga, jangan langsung ter agitasi ya sob. Diliat lagi apa sebuah oli itu ada PDS-nya ato gak. Bisa di googling ko sob. Disitu biasanya tertera informasi tentang oli itu sob. Dan semoga pabrikan yang terdampar di warung ane yang kecil ini bisa mengedukasi usernya soal milih oli yang lengkap dan tidak terkesan menutupi ilmu. Terkesan pembodohan.

Oke monggo di komentari jika ada saran atau sanggahan.

[opini] Karakter (mayoritas) Masyarakat Indonesia Memilih Motor Harian

Hola sobat Azingers, ketemu lagi diartikel opini ane. Kali ini ane mau coba angkat soal karakter mayoritas masyarakat Indonesia kalo milih motor buat kebutuhan hariannya sob. Yaaa kata lain buat commuter gitu deh. Dan kali ini balik lagi soal engkol kaki ato kick starter. Kok nyambungnya kesitu sih? Yaa ane mau batasin pembahasannya disitu doang soalnya karakternya masyarakat Indonesia tu unik banget sob. Sampe masalah engkol aja diributin.


Tentunya sobat inget sama motor legend asli buatan Suzuki. Dulu ini motor pernah di proyeksikan buat jadi suksesor pendahulunya sob. Yaa Thunder 250 yang dengan mesin eksotisnya sempat mencuri perhatian bikers tajir di awal 2000an. Tapi kurang sukses karena isu overprice. Dulu kan awal-awal bangkit dari krismon sob, jadii ekonomi belum kuat banget. Balik lagi ke Thunder 125, pertama kalo keluar di Indonesia dengan spek downgrade dari pendahulunya dan satu yang mencolok, gak pake engkol kaki sob!! Ngeri… Setidaknya ngeri buat saat itu yang masyarakat Indonesia masih familiar banget sama motor ber engkol kaki. Dulu ini motor awalnya impor dari China untuk versi 2004-2005 (cmiiw) lalu digantikan sama versi 2006 yang rakitan Indonesia dibekali dengan engkol kaki. Ya karena mungkin saat itu banyak keluhan soal kekhawatiran akan aki tekor sob.

Lalu inget motor ini gak?

Seingat ane Vixion versi 2012 ini hadir buat gantikan old Vixion yang legend itu. Yang terkenal tangguh buat sport entry level saat itu. Padahl untuk yang versi old-nya masih ada engkol lho sob, tapi di versi penerusnya dihilangkan ato tepatnya Yamaha waktu itu keluarkan 2 versi, yang ber engkol sama yang tanpa engkol, dan masih yang banyak seliweran pun dijalan adalah yang versi berengkol. Dan kemudian lahir Vixion advance, tetap dikasih engkol.

 Berarti secara minat, konsumen lebih suka yang berengkol untuk motor hariannya sob. Ini bisa dilihat dari dua contoh yang ane paparkan sebelumnya. Nah, tapi masyarakat Indonesia seakan punya standar ganda sob soal engkol ini. Ko gitu?

Dua motor diata ini contohnya sob, imagenya kenceng, racy style, born to race, ganteng. Dan kedua motor diatas gak ada engkolnya sob. Tapi tetap laris aja tu untuk segmen sport fairing, bukan commuter yaa.

Naah berarti bisa disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia kalo milih kendaraan buat commuter masih lebih memilih kendaraan yang ada engkolnya sob, walaupun pada kenyataannya jarang banget tu dipake kecuali rider-nya masih oldskul habitnya (kayak ane, tapi kadang sob). Tapi mereka siap buat nerima motor tanpa engkol kalo motor itu imagenya balap. Yaiyalah, mana ada motor balap kekinian pake engkol.

Jadi itu opini ane soal karakter masyarakat Indonesia kalo milih motor sob. Lucu yaa, dikasih gak ada engkol minta engkol, dikasih engkol minta engkol. Untuk kasus Kawasaki ninja 2 tak, malah sebaliknya ya sob. Oke segitu aja sob artikel kali ini, kalo ada yang mau dikomentari monggo diisi kolom komentarnya yaa…

Review Pemakaian Mesran Super 

Hola Azingers, lama gak bikin artikel di blog sederhana ini nih. Kangen juga sama kegiatan nulis. Oke kali ini ane mau ngasih testimoni soal pemakaian mesran super di motor ane. Apa lagi kalau bukan usup. Ane pakai mesran super yang botol merah ya sob, bukan yang putih. Dan ane belinya curah kok bukan botolan.


Ceritanya setelah kurang lebih 7 bulan pakai meditran series mulai dari meditran s 40, meditran s 30, terakhir pakai meditran sx 15w40 API CH4, dan semua itu ane beli yang curahan. Hahahaha. Hemat sob. Entar insya Allah ane bikinin artikel kelebihan kekurangan oli curah ya sob.
Dulu sebenarnya sudah cukup nyaman dengan performa dari meditran s 40. Tapi……… Nyamannya keluar pas sudah panas sob. Begitu juga dengan yang meditran sx, biar kata lebih encer, tapi tetep performanya keluar pas panas sob. Nah berhubung kali ini ame jarang long trip, jadi butuh oli yang rada cepet panas gitu. Alias gak perlu manasin lama-lama sob. Ane tadinya mau pilih prima xp yang 20w50 tapi apa mau dikata, di bengkel langganan gak sedia yang curahan, adanya yang botolan. Jadi pindah ke mesran super. Mesran ini olinya asli enak sob (jangan diminum). Cuma pas awal tuang dan awal jalan terasa banget selipnya. Parah lah. Tapi ane pikir itu cuma adaptasi aja. Biasa sob, bentrokan adpack antara meditran sama mesran. 

Dan sekarang udah jalan sekitar 600 km-an lah sob dan mulai enak ni olinya. Makin panas juga gak ada gejala kasar atau pun selip dengan catatan speed gak lebih dari 60 km/jam ya sob. Soalnya kalau udah diatas itu takutnya oli ini gak bisa ngakomodir lagi terus ntar takutnya selip. Ya ane juga gak hobi nyalahin oli sih kalo soal selip kopling, motor ane udah 8 tahuj dan belum ganti apa-apa sob, jadi ya wajar aja sih kalau mulai ada gejala selip. Terus konsekuensi gagal longdrain karna ya additif dan basenya gak sebagus prima xp sudah ane perhitungkan juga kok sob. Oli ini ajob deh buat harga dibawah 30 ribuan dibanding oli motor sekelas sob. Kesimpulannya, pilih oli mah bebas sob, asal sobat tau mana yang boleh mana yang gak boleh di pakai buat motor sobat dan oli juga boleh kok menyesuaikan sama kantong sobat..misalnya anggaran buat motornya terbatas, ya pakai yang low end sampai mid end level aja olinya. Gak usah ngotot pakai oli top tier tapi malah ngorbanin sektor lain yang lebih membutuhkan. Apalagi buat sobat yang udah berkeluarga. Okesob, sampai sini dulu artikel penggunaan mesran supernya. Kalau ada komentar monggo diisi di kolom komentar yaak.

[Opini]Kini MX King Dapat Saingan Sepadan

image

Hola Azingers. Udah jadi rahasia umum soal pertarungan sengit dua pabrikan otomotif besar asal Jepang yakni Honda dan Yamaha menggaung di era 2004an keatas. Pertarungannya pun juga diberbagai segmen tipe motor mereka. Dulu era 2006 saat awal-awal lahirnya Yamaha Jupiter MX pertama kali, banyak yang menandingkan MX dengan jagoan Honda sob, Ya apalagi kalo bukan Supra X 125 yang dulu termasuk menggebrak dengan mesin 125 cc warisan Karisma.
Bahkan sampe tahun 2007 saat keluar Supra X 125 versi lampu dua, ditambah saat itu mulai banyak blogger-blogger bermunculan dibidang otomotif, motor ini dibanding-bandingkannya langsung sama MX dengan cc 135 dan mesin tegak plus pendingin cairnya yang menjadi andalan. Apalagi waktu itu MX sudah dilengkapi varian kopling manual dan monosok.

image

Sisi pengereman belakang yang masih tromol pun diabaikan oleh calon pembeli yang umumnya anak muda. Supra X 125 gak lagi dibandingkan dengan sekelasnya seperti Suzuki Shogun 125 series, Suzuki Arashi yang secara spek lebih masuk akal untuk head to head dengan Supra X 125. Tapi justru saat itu pertarungan yang terjadi adalah seperti pemaksaan. Lebih menjual pertarungan gengsi pabrikan dibanding kenetralan atau kesetimbangan duel. Contohnya, mesin tegak lawan mesin tidur,  SOHC 4 katup lawan 2 katup, monosok lawan dual sok, pendingin cair lawan pendingin udara konvensional, itu beberapa hal yang sebenarnya dipaksakan untuk dibandingkan lho sob menurut ane. Jupiter yang sudah berevolusi dari bebek komuter menjadi bebek super harus berlawanan dengan bebek komuter elegan khas pekerja keras seperti Supra X 125. Ya jelas gak imbang kan? Entah kenapa dulu itu banyak yang bandingin dua motor ini. Adu drag lah, adu cepat di balap liar lah dan lain sebagainya. Namun kini MX yang sudah 150 cc dan tetap dengan trah bebek supernya memiliki lawan sepadan sob. Apalagi kalo bukan Supra GTR 150. Sama-sama trah bebek super. Ulasan-ulasannya banyak dibahas blogger-blogger senior tentang perbandingan dua jagoan pabrikan seteru sengit ini. So, istilah “pilihlah lawan yang sebanding/seukuran denganmu” berlaku dikasus ini. Honda berani menghadapi hegemoni MX yang sudah melekat dengan image kencang yang memang ane rasain kenceng sih sob. Ane baru jajal yang 135 cc seriesnya, belum yang 150 nya. Sedangkan Supra kan identik dengan motor “bapak-bapak” yang ane bilang motor ini karakternya motor cinta. Slow-slow gimana gitu. Tapi kadang bisa juga di ajak centil lho sob. Hahaha.
Oke kita lihat perkembangan duel disegmen ini yang sebenernya lagi gak serame kelas metik dan juga kita tunggu deh pergerakan dari pabrikan lain, yang terdekat sih Suzuki. Secara mereka juga punya pengalaman ngehasilin bebek super.
Sekian dulu sob opini kali ini dari ane soal duel sengit bebek super. Kalo ada kritik dan saran silahkan di sampaikan di kolom komentar ya sob.